HARIANBANTEN.COM – Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyoroti standar ganda negara-negara barat terhadap Palestina.
Khususnya konflik senjata yang menargetkan rumah sakit dan menewaskan anak-anak di Gaza.
Prabowo Subianto mengatakan, standar ganda itu terjadi karena barat mengajarkan nilai-nilai demokrasi dan bak asasi manusia (HAM).
Namun, pihak barat sendiri tidak menganggap konflik bersenjata yang telah memakan ribuan korban itu sebagai pelanggaran HAM.
Baca Juga:
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Krakatau Posco Bagikan Sebanyak 1.225 Paket Sembako untuk Masyarakat
Usai Kades dan Sekdes Kohod Tersangka, Polri Buka Peluang Tersangka Lain dalam Kasus Pagar Laut
“Diajarkan kepada kita demokrasi dan HAM tapi kalau ribuan anak di bom, rumah sakit di bom, itu bukan pelanggaran HAM?” tanya Prabowo Subianto.
Baca artikel lainnya di sini: Bikin Portal Berita Melayani Jasa Pembuatan Media Online yang Berkualitas dengan Paket Hemat
Dia menyampaikan itu di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) 2023 di Grand Ballroom Minhaajurosyidiin, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023).
“Jadi ada satu pelajaran kelompok manusia yang bebas, itu namanya standar ganda,” ujar Prabowo Subianto.
Baca Juga:
Bareskrim Polri Tetapkan 4 Orang Tersangka Pemalsuan SHGB dan SHM Pagar Laut, Termasuk Kades Kohod
Bos BP Taksin Ungkap Efisiensi Dana APBN 2025 Digunakan untuk Badan Pengelolaan Investasi Danantara
Prabowo menekankan konflik yang terjadi jauh di negara lain bukan berarti tidak berdampak terhadap Indonesia.
Contohnya konflik Ukraina-Rusia yang membuat harga gandum naik signifikan dan konflik di Gaza yang membuat harga minyak dunia naik.
Oleh sebab itu, para pemimpin harus bekerjasama dalam menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
“Kita harus sadar bahwa kita bertanggung jawab atas seluruh bangsa Indonesia.”
Baca Juga:
Warga Distrik Homeyo Papua Tengah Berterima Kasih ke Prabowo, Sambut Bahagia Makan Bergizi Gratis
“Karena itu yang dikatakan oleh banyak pengamat kajian strategis, Indonesia bisa jadi negara makmur.”
“Kalau elitnya bisa kerjasama, bisa kolaborasi, dan tidak mau main menang sendiri,” imbuh Prabowo Subianto.***